Koleksi Gambar Mewarnai Gambar Mewarnai Hijab Terbaru
_mewarnai.webp)
Halaman unduh untuk gambar mewarnai Koleksi Gambar Mewarnai Gambar Mewarnai Hijab Terbaru. Klik tombol di atas untuk mengunduh gambar dalam format PDF berkualitas tinggi, siap untuk dicetak dan diwarnai oleh anak-anak.
Gambar Mewarnai Terkait
Dongeng Terkait dari Blog
Bakso Hambar, Hati yang Bersyukur - Cerita Anak
Suatu sore yang mendung, aku mendengar suara motor berhenti di depan rumah. “Kayaknya Ayah pulang!” seruku sambil lari ke depan. Benar saja. Ayah turun dari motor sambil membawa kantong plastik besar. “Ayah bawa apa, yah?” tanyaku penasaran. “Coba tebak dari baunya,” kata Ayah sambil menyodorkan plastik. Aku mencium aromanya. “Baksoooo!” teriakku senang. Ibu keluar dari dapur sambil tersenyum. Adikku, Raka, langsung melompat-lompat. “Yay! Bakso! Aku mau tiga pentol!” Kami berkumpul di meja makan. Bakso memang makanan favorit kami sekeluarga. Tapi, saat aku menyeruput kuahnya… aku langsung berhenti. “Lho, kok hambar? Rasanya aneh...” gumamku. Aku coba satu pentol. Lumayan. Bulat dan kenyal. Tapi karena kuahnya hambar, rasanya jadi… yaa, kurang. “Kenapa baksonya nggak enak?” kataku dengan suara keras. Ibu menoleh. “Rini, makan dulu baru komentar,” katanya tenang tapi tegas. Ayah cuma tersenyum kecil sambil menuangkan kuah ke mangkuk Raka. Aku nyeruput lagi. Tetap sama. Hambar. “Tapi beneran deh, baksonya nggak enak,” kataku lagi. Ibu meletakkan sendok. “Nak, bakso itu Ayah belikan dari rezeki yang Allah beri. Mungkin menurutmu rasanya kurang, tapi di luar sana banyak anak yang cuma bisa mimpi makan bakso. Coba pikirkan itu.” Aku terdiam. Rasanya seperti ditegur langsung oleh hati sendiri. Ayah mengangguk setuju. “Benar kata Ibu....
Rantai Reaksi Rico - Dongeng
Pagi hari, udara segar menyelimuti gang kecil di pinggiran kota. Seekor kucing oranye tidur pulas di atas keset rumah orang, mendengkur damai. Datanglah Rico, seorang pemuda pongah dengan gaya sok cool. Rambutnya disisir ke belakang, jaket kulitnya tak sesuai cuaca tropis. Ia berjalan melewati kucing itu, mendengus. “Dasar pemalas, mentang-mentang kucing, tidur di mana aja!” BRAK! — satu tendangan kecil mendarat di perut si kucing. Kucing itu melompat panik! Ia berlari sembarangan, melewati pagar, naik ke meja, dan… PRANGGG! Vas bunga antik milik Bu Rini jatuh dan pecah berantakan. Bu Rini keluar, mukanya merah padam. Melihat anaknya, Dino, berdiri di dekat jendela, ia langsung menuduh. “Dino! Kamu lagi main bola di dalam rumah, ya?! Mama udah bilang!” “Tapi Ma, aku…” “Udah, jangan ngeles!” Dino menunduk, matanya berkaca-kaca. Ia berangkat sekolah dengan hati kesal. Di kelas, Dino duduk dengan gelisah. Lalu temannya, Kevin, menyenggol dan berkata: “Bro, rambut lo kayak dilempar sapu, hahaha!” Dino langsung bangkit, emosi meledak. “Lo kayak ember bocor aja banyak omong!” Mereka dorong-dorongan. Anak-anak lain ikut teriak. Suasana kelas jadi rusuh. Pak Surya, guru mereka, masuk dengan wajah kaget. “Apa-apaan ini?! Kalian semua dihukum berdiri satu jam di lapangan!” Sore harinya, Pak Surya melapor ke grup orang...
12 Contoh Cerpen untuk Anak: Membentuk Karakter Lewat Cerita
Membacakan cerita pendek (cerpen) pada anak bukan hanya tentang menghibur atau mengisi waktu luang. Cerpen adalah jendela untuk memperkenalkan nilai-nilai penting seperti kejujuran, tanggung jawab, persahabatan, empati, hingga keberanian. Lewat tokoh-tokoh sederhana yang dekat dengan dunia anak, mereka belajar memahami dunia tanpa perlu ceramah panjang. Dalam artikel ini, kamu akan menemukan 12 contoh cerpen anak yang bisa dibacakan orang tua, guru, atau bahkan dibaca sendiri oleh anak usia sekolah dasar. Ceritanya ringan, menyentuh, dan sarat pesan moral. Cocok untuk bahan bacaan harian, tugas sekolah, maupun inspirasi mendongeng. Yuk, kita mulai petualangan lewat kata-kata! 1. Satu Payung untuk Dua Sahabat Hari itu hujan turun sejak pagi. Langit mendung, angin dingin berhembus, dan suara petir terdengar beberapa kali. Sekolah tetap berjalan seperti biasa, tapi suasananya agak sepi karena banyak siswa yang izin tidak masuk. Dina duduk di bangku kelas lima, sendirian. Sahabatnya, Rara, duduk di sebelahnya sambil mengelap kacamatanya yang basah karena gerimis tadi pagi. Mereka berdua selalu bersama sejak kelas tiga. Kalau Dina bawa bekal, Rara pasti dapat bagian. Kalau Rara punya pensil warna baru, Dina selalu boleh pakai. Hari ini, Dina sedikit kesal. “Kenapa kamu enggak nungguin aku tadi pagi? Aku kehujanan loh,” gerutu Dina sambil membuka buku pelajaran. Rara...